Buah Ramadan: Merayakan Kemenangan (Habis)


ARRAHMAH.CO.ID -
Wahyu kemenangan turun di bulan Ramadhan, yakni di malam Lailatul Qodar, dan Lailatul Qodar itu sendiri. Mengapa demikian? Karena malam Lailatul Qodar malam anugrah yang luar biasa (baca juga: "Budaya Lailatul Qodar" ). Malam yang setara dengan 1000 bulan, dimana bagi sesiapa beribadah di dalamnya meski satu huruf dalam tilawah, satu rakaat dari qiyamul lail, satu getar dari dzikir, kualitas nilainya luar biasa: Quantum! Wahyu kemenangan ini dalam bahasa Sanskrit disebut Jayandaru. Di hari pertama (tanggal 1) Syawal fajarnya menyemburatkan cahaya matahari kebahagiaan di balik riuh-ria takbir dan tahlil serta tahmid. Mengapa “Matahari kebahagiaan”? Karena di titik garis waktu itulah umat Nabi Muhammad sampai pada puncak kemenangannya menundukkan hawa nafsunya. Serta pembebasan dirinya dari api neraka.  

Dari Wahab bin Munabbih, dikutip oleh Syaikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khubawy seorang ulama abad ke-13 hijriah dalam “Mutiara Para Pemberi Nasehat dalam Memberi Bimbingan dan Petunjuka”, sungguh dia telah berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

“Sesungguhnya Iblis L.A. menjerit di setiap hari Eid (Idul Fitri), maka berkumpullah para keluarga dan pengikutnya di dekatnya seraya berkata, Wahai Tuan kami, siapa yang paling kamu benci (sehingga berteriak-teriak marah) sungguh kami akan menghancurkannya. Berkatalah si Iblis, Tidak ada akan tetapi Allah telah benar-benar mengampuni dosa-dosa umat (Muhammad) ini pada hari Eid ini. Maka wajib bagi kalian untuk membuat mereka sibuk dengan kelezatan syahwat (duniawi) dan minuman khomer sehingga Allah (kembali) memurkai mereka.”

Maka bagi orang yang waras (berakal sehat) ia akan mencegah nafsunya di hari Eid (Idul Fitri) menurut hawa nafsunya dan dari berbuat perkara-perkara yang dilarang, dan memilih menyuntukkan diri dalam ketaatan. Karena itu, demikian Syaikh Utsman berkata, Nabi Muhammad SAW berpesan :

“Bersungguh-sungguhlah (tekadkan ikhlas) kalian dalam bersedekah di hari Idul Fitri, dan dalam berbuat kebaikan serta ibadah kebajikan berupa sholat/bershalawat ke Baginda Nabi, berzakat, membaca tasbih, tahlil. Sesungguhnya hari (Idul Fitri) hari yang Allah mengampuni semua dosa-dosa kalian, menjawab mengabulkan doa-doa permintaan kalian, dan Allah memandang kalian dengan penuh kasih sayang.”

Inilah anugrah kemenangan yang membuat remuk redam Iblis dalam kesia-siaan. Sehingga ia kembali memerintahkan bala tentaranya untuk kembali menjerumuskan anak manusia kedalam lembah dosa dan kenistaan sekiranya mendapat murka Allah (Ma’adzallah!).

Dalam satu riwayat, saat Rasulullah hendak menaiki mimbarnya untuk berkhutbah di Yaumi Eid, beliau berkata “Amin,” lalu menaiki tangga mimbar kedua ia berkata lagi, “Amin!”. Kemudian saat menaiki tangga ketiga, berkata lagi “Amin.” Setelah itu Rasulullah berdiri menghadap jamaah dan duduk. Lalu Muadz bin Jabal bertanya kepadanya: “Duhai rasulullah engkau naik ke mimbar lalu mengucapkan “Amin” tiga kali, apakah engkau telah membuat ketentuan (aturan menaiki mimbar) begitu?” Rasulullah berkata, Jibril telah mendatangiku tadi, lantas ia berkata: “Hai Muhammad barangsiapa menjumpai bulan Ramadhan dan tidak berpuasa sampai akhir (habis bulan Ramadhan), Allah tidak mengampuni dosanya, dia (pantas) masuk neraka, maka semoga Allah menjauhkannya dari neraka itu” karena itu aku berkata “Amin”. Jibril berkata lagi, “Barangsiapa menjumpai kedua orangtuanya atau salah satunya, kemudian dia tidak berbakti kepadanya. Lalu dia meninggal dan pantas masuk neraka, maka semoga Allah menjauhkannya dari neraka” Maka aku jawab “Amin”. Dan Jibril berkata lagi, “Barangsiapa disebutkan Namamu didepannya lalu tak bersholawat atas-mu masuk neraka, semoga Allah menjauhkannya dari api neraka itu,” aku jawab “Amin.”.

Begitulah, Malaikat Jibril saat yaumil Eid, dan tentu para malaikat lainnya, mendoakan umat Nabi Muhammad kepada Allah agar dijauhkan dari api neraka. Nah, bukankah yang demikian ini tak lain adalah kemenangan nan gemilang setelah berpuasa sebulan penuh, dan kebebasan (Eitqun minan Nar) umat Muslim dari ancaman siksa neraka, serta berkah ramadhan yang melimpah ruah hingga doa-doa permintaanya dikabulkan oleh Allah? Luar biasa kemenangan ini.

Lain cerita, lain lagi kisah kemenangannya. Tetapi ini tetap riwayat atau hadis Ibnu Mas'ud sahabat dari Nabi nya SAW; begini kisahnya. Rasulullah bersabda;

Apabila kalian berpuasa di bulan Ramadhan (penuh), dan sampai ke hari Eid-nya (Idul FItri) Allah berfirma; “Wahai para malaikatku setiap orang yang beribadah dan meminta diganjar pahala dan hamba-hambaku yang berpuasa ramadhan sampai ke hari Eid mereka dan mereka minta diganjar pahala maka saksikanlah oleh kalian semua bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka. Lalu ada suara seorang penyeru berkata, “Wahai umat Muhammad pulang-lah ke rumah-rumah kalian, Karena sungguh keburukan-keburukanmu (amal perbuatan dosa) telah diganti dengan amal-amal kebaikan yang berpahala. Lalu Allah berfirmah: Wahai hamba-hambaku (Umat Muhammad) kalian telah berpuasa karena Aku, telah berbuka karena Aku, maka berdirilah kalian dalam keadaan diampuni dosa-dosanya.”

Demikian lah kisah kemenangan, yang pantas dirayakan, dalam hari Eid ini. Allhu Akabr.. Allahu Akbar Allahu akbar Laa ilah illallaah Allahu Akbar walillahil Hamd.

(Demikian kolom “Bunga-bunga Ramadhan” 1442 H; Mohon ziyadah doa & fatihahnya untuk Ustadz M Suhawi Alboyani yg telah menderes Kitab "Durratun Nashihin" sepanjang Ramadhan hingga beliau wafat, #Alfatihah; semoga berkenan—mohon maaf lahir & bathin)

*) Alumnus PPs Kyai Syarifuddin Lumajang Jawa Timur.

0 Komentar