Syi'arkan Islam Damai nan Ramah; pengurus Majlis Talim di Citayam-Bogor adakan Tabligh Rajaban
ARRAHMAH.CO.ID -
Bogor, 1 April 2018 – Pengurus Majlis Ta'lin Al
Ittihadul Islami Annahdliyah Citayam mengadakan acara peringatan Isra Mi'raj.
Majlis tersebut didirikan oleh Ustadz Hasan Sadzily yang merupakan alumnus
Pesantren Al Masyhad Cijurei Sukabumi, beliau sewaktu duduk di pesantren
sezaman dengan Almarhum KH. Yusuf Salim faqih Lembur Awi Bandung dan Habib Abu
Bakar bin Hasan Alattas Azzabidi Kota Depok. Mereka semua dibimbing oleh
Almarhum Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alatas ( A'wan NU).
Pada acara tersebut hadir beberapa Habaib dan Kyai NU
baik dari Depok, maupun Bogor. Di antara yang hadir dan menyampaikan sambutan
adalah Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M. Psi (LTN PBNU), beliau mengupas sejarah penting hubungan
Habaib dan Kyai. Dalam acara yang sederhana, di bawah pepohonan jambu dan
markisa, di hadapan ratusan hadirin beliau menceritakan perjalanan dan
konsultasi Mbah Hasyim Asyari kepada Habib Hasyim bin Yahya terkait
istikhorohnya dalam mendirikan NU. Habib Hasyim mengatakan, "Teruskan
istikhorohmu dan lanjutkan perjuanganmu dalam membentuk Nahdlatul Ulama".
Kemudian beliau ke Mbah Cholil Bangkalan, ketika beliau belum sempat
menyampaikan niat kedatangannya, Mbah Cholil Bangkalan berkata, “Saya setuju
dengan Habib Hasyim.”
Dari kisah tersebut kita dapat memahami bahwa
kedekatan para Habaib dan para Kyai dalam memperjuangkan pembentukan Nahdlatul
Ulama tidak bisa dilepaskan. Jadi
hadirin sekalian jika hari ini ada sebagian orang yang berusaha memisahkan
kalangan Habaib dan para Kyai jauh dari Nahdlatul Ulama, sepatutnya mereka
mengingat sejarah kembali yang telah mencatat bahwa Nahdlatul Ulama tidak bisa
dilepaskan dari peranan para Habaib dan Kyai. Tugas kita harus sami'na wa
atho'na pada Para Habaib dan Para Kyai.
Lalu kita harus menjaga setiap tradisi. Alhamdulillah
tradisi yang baik seperti inilah yang akan terus dijalankan oleh kita semua
sebagai nahdliyin karena bapak ibu yang saya hormati pada hari ini, dan sudah
mulai sejak lama ada tradisi- tradisi yang baik di lingkungan kita kemudian
dianggap nyeleneh, dianggap salah, dianggap bid'ah dianggap sesat, akhirnya
kita lama-lama dijauhkan dari tradisi yang baik. Padahal keberadaannya untuk membina
silaturahim hingga tercipta semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
Oh iya, di antara tradisi baik adalah kembali bergemanya
lagu Yaa lal wathon. Padahal bait syairnya telah diciptakan sejak lama oleh
Kyai Wahab Hasbullah. Beliau adalah sosok kyai yang cerdas. Beliau memikirkan bagaimana cara
membangkitkan rasa nasionalisme sehingga tidak bisa dideteksi oleh Belanda. Dengan
kecerdasan dan citarasa seninya beliau melahirkan syair Yaa lal wathon yang
diawali dengan kata-kata bahasa Arab sehingga tidak dicurigai oleh Belanda.
Gus Nusron Wahid telah mendapatkan ijazah lagu
tersebut dari Mbah Maemun hingga sekarang menggema dimana-mana. Jadi, jangan
takut dan ragu untuk menyanyikan dan menghafalkan Yaa lal wahthon, karena
isinya subhanalloh mirip dengan lagu patriotis seperti 17 Agustus dan Maju tak
Gentar. Cuma bedanya lagu Yaa lal wathon
ini diawali dengan bahasa Arab, maka ada anggapan ketika kita menyanyikan lagu
bahasa Arab dianggap ke arab-araban. Sekali lagi nyanyikanlah karena itu lagu
bagus yang menorehkan syair nasionalisme kebangsaan.
Selain terkait tentang lagu, saya mengingatkan belum
lama ini telah terjadi lembaran sejarah baru, yaitu pengurus PBNU dan PP
Muhammadiyah melakukan acara musyawarah yang sangat luar biasa, yang sangat
membanggakan dan membahagiakan hati kita
bahwa dua organisasi ini bersatu dan bersepakat untuk selalu menjaga
NKRI dan mengkampanyekan gerakan anti hoax. Kita harus berhati-hati dengan info
yang gak benar. Jangan karena kita ingin menyebarkan sebuah berita kita
langsung mensharenya tanpa dicerna, tanpa dianalisa, ini hal yang sangat
berbahaya. Tugas penting kita ketika mendapat berita maka harus pandai
mengcroschek atau istilah agamanya adalah kita harus melakukan tabayun terhadap
berita yang ada. Tanyakanlah kepada para Ulama kita dan para orang-orang yang
lebih memahami hingga dapat meraih kesimpulan benar dan salahnya. Jika baik dan
memiliki dampak positif maka harus kita sebarkan, jika tidak maka harus ditahan
dan jangan mensharenya.
Ada hal penting lainnya yang patut kita ketahui, bahwa
pendiri NU dan pendiri Muhammadiyah itu mempunyai sumber keilmuan dari Satu
Guru, yaitu Mbah Sholeh Darat yang berasal dari Semarang. Murid kesayangan Mbah
Sholeh, di antaranya yaitu Mbah Kyai Hasyim Asy’ari dan Kyai Ahmad Dahlan.
Keduanya diutus untuk menuntut ilmu ke Mekkah, dan perlu kita ketahui isi Kitab
Fiqih Muhammadiyah yang asli itu sama dengan Kitab yang ada pada Nahdlatul
Ulama.
Jadi artinya marilah kita belajar sejarah hingga kita
mengerti bahwa antara dua organisasi ini adalah bersaudara. Makanya,
alhamdulillah setelah diinisiasi oleh Kyai Said Aqil Siraj kita tenang, dan
tugas kita yang berada di bawah menjaga lingkungan kita agar tetap harmonis dan
adem. Pesan penting lainnya yang harus diingat, selama ada Nahdlatul Ulama,
maka Indonesia akan tetap ada karena Nahdliyin berada di barisan terdepan dalam
mempertahankan NKRI.
Hakeem-Gusdurian
0 Komentar