Gerakan Membangun Komplek Makam Imam Ghazali Ath Thusi sang Maestro Ihya Ulumuddin
ARRAHMAH.CO.ID - Di dunia islam maupun barat siapa yang tak kenal dengan dengan nama
Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad ath Thusi (1111 M), yang dikenal
dengan nama Imam Ghazali, Beliau telah berhasil menggagas kaedah-kaedah
tasawuf yang terkumpul dalam karya yang terkenal Ihya’ U’lum al-Din (The Revival of
Religion Sciences). Salah
satu karya Magnum Opus yang hingga saat ini menjadi sumber referensi akademis
baik di dunia Timur maupun dunia Barat.
Dilain sisi kita patut bersedih terhadap kondisi Makam para istri
Rasul, putra, putri dan cucunya serta para sahabat dan Aulia yang berada di
Jannatul Baqi' Madinah Al Munawarah. Pada tahun 1925 M makam mereka dahulu
diratakan pemerintah Saudi atas dukungan Wahabiyin anti ziarah.
Dalam perjalananya, karya-karya beliau masih bisa kita nikmati
hingga saat ini, tapi sangat di sayangkan siapa yang tau, bahwa tempat dimana
jasad beliau dikebumikan di daerah yang bernama Thus Provinsi Khurasan Iran,
sejak 7 tahun di temukan hingga saat ini tempat tersebut masih jauh dari
layaknya sebuah Makam Ulama, yang hanya di pagari dengan kawat dan beratapkan bahan
seadanya serta disekelilingnya terlihat rumput-rumput liar.
Di luar Indonesia, makam para keturunan Nabi di Bangun dengan mewah
oleh para pecintanya, mereka selain mengkaji sejarahnya juga rela menjual emas
milik pribadinya demi keindahan makam orang yang dicintainya, kalau makam itu
kondisinya indah dan nyaman maka peziarah yang datang di musim dingin akan
merasakan kehangatan dan ketika di musim panas akan menikmati kesejukan, jika
seperti itu maka peziarah akan khusu’ dalam bertawasul dan menuai keberkahan.
Dengan harapan, semua pecinta Imam Ghazali harus menjelaskan secara
objektif bahwa beliau kelahiran dan wafat di Persia lalu gerakan jamaah untuk
mendermakan hartanya, jika terkumpul gerakan ahli arsitek khusus dari Indonesia
untuk terbang ke Thus atau Khurasan dengan membawa rombongan para pekerjanya,
tentunya perizinan merehab atau pembangunan makam sudah dikantongi oleh kita
pihak indonesia. Jika hal itu dapat direalisasikan insy Allah makam beliau akan
semakin hidup dan bisa jadi tujuan destinasi ziarah wali bagi muslimin pecinta
Imam Ghazali dari seluruh dunia.
وَلَا تَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ
رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi
Tuhannya dengan mendapat rezeki”.
Misdaq dari
ayat tersebut bahwa para wali dan syuhada atau mujahid yang berjuang di jalan
Allah itu tidaklah wafat, bahkan mereka hidup disisi Allah Swt dalam keadaan
diberi Rizqi harus dirasakan oleh pengikutnya, bisakah? Jelas bisa mereka ada
dan tiada tetap memberikan perubahan bagi pecintanya, baik dari sisi
pendidikan, ekonomi, politik, sosial,dll.
Semua dimensi Rizqi yang luas dan terikat dgn para pecintanya itu
hanya dapat diwujudkan dengan pembangunan secara besar-besaran di lokasi makam,
contoh membangun kubahnya, universitas, penginapan bagi peziarah, perpustakaan
yang berisi buku terkait Imam. Kita bisa mencontoh dengan yang sudah dilakukan
muslimin terhadap Makam Para Dzuriyat
Rasul, seperti Sayidina Ali (661 M) dan Sayidina Husein (680 M) di Irak serta
Sayidina Ali Arridha (819 M) yang tidak jauh dari Makam Imam Ghazali, begitupun
dengan makam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (820 M) yang berada di Mesir,
terlihat hidup dan memberi banyak manfaat bangi para pecintanya, dimana disana
di bangun Perpustaan dan halaqoh-halaqoh majlis Ilmu.
![]() |
Komplek Makam Imam Ghazali di Thus Provinsi Khurasan |
Mari kita bergerak, jangan kita pandai membangun yayasan dan rumah
kita saja, lalu kita melupakan diri untuk merawat makam orang yang kita cintai.
Jika bukan kita siapa lagi yang dapat merealisasikan gerakan pembangunan ini,
jika bukan kita maka siapa lagi yang dapat mencerdaskan umat agar semangat
dalam menjaga Atsaar Ulama dan Aulia, jika bukan kita maka siapa lagi
yang dapat menjaga sejarah mereka? Sudikah kita memiliki generasi yang tak
mengenal sejarah hanya karena hilangnya Atsaar tersebut?
Kang Abdul Hakim (Sekretaris LTN PCNU
Kabupaten Bogor)
Anggota Gusdurian Depok
0 Komentar