Writing for Peace: LTN PWNU Jawa Barat Perkuat Jaringan Media Islam Rahmatan lil alamin
ARRAHMAH.CO.ID - (2/6/17), Bandung – Pengurus Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTN NU) Se-Jawa Barat Rapat Koordinasi LTN NU & Pesantren Kilat
Digital Marketing di Ruang Rapat Sekretariat PWNU Jawa Barat, Jl.
Galunggung Kota Bandung, Jum’at (2/6).
Acara
dimulai sehabis melaksanakan ibadah taraweh berjamaah. Acara dirangkai dalam
bentuk diskusi santai tapi berisi, acara ini dihadiri oleh utusan dari LTN PCNU
kabupaten dan kota se-Jawa Barat. Kehangatan begitu terasa sehingga sejak
dimulai pulul 21.00 s/d 24.00 hadirin tetap memenuhi ruangan dan saling
bertukar pikiran dengan para pemateri yang sangat berkompeten.
Acara
diskusi panel ini dihadiri oleh pembicara, pertama saudara Irfan Amale selaku
CEO Mizan, beliau memulai pemaparannya dengan pernyatan, bahwa forum seperti
ini sangat penting sekali dan harus
terus ditingkatkan karena berhubung dengan kekinian. Pada saat ini kita sedang
mengalami kebanjiran informasi. Jika kita mengetahui banjir, pasti kita tahu
ada banyak kotoran dan sampah berserakan, tugas para petugas kebersihan
tentulah sangat berat untuk membersihkan berbagai kotoran yang ada, itu banjir air
sama halnya dengan banjir informasi, kita pun menyakini pasti terdapat sampah yang
tentunya tidak sehat bagi para pembaca.
Lalu beliau menampilkan beberapa data terkait aktifitas user
internet, bahwa di Indonesia terdapat sekitar 88 juta pengguna internet, dan
anehnya 51 % pengguna gadget itu adalah kaum wanita dan sayangnya 87% waktu
yang digunakan itu terkonsentrasi pada aktifitas di media sosial. Beliau
menyatakan, “Kita pengguna semua aplikasi yang diciptakan oleh asing” mulai
facebook, whatsapp, twitter, line, dll. Para pakar menyatakan bahwa Indonesia dalam
urusan ini berada para peringkat no.4 di Dunia dan jangan heran jika dalam
urusan twitter dinyatakan sebagai yang paling cerewet.
Terkait media dan gerakan kaum intoleran dan radikal di medsos,
kini media banyak menampilkan foto, berita, bahkan sampai video kaderisasi ISIS
dan berbagai kelompok radikal lainnya. contoh bagaimana berita seorang anak
cerdas bernama Akbar yang sedang mendapat beasiswa studi di Turki bisa tergiur dengan
isu-isu konflik di Suriah, yang kita
ketahui konflik itu diwacanakan dan diimport ke berbagai Negara termasuk
Indonesia sebagai konflik antara Sunni dan Syiah. Padahal semua diciptakan oleh
kaum intoleran dan radikal yang hanya bertujuan untuk berbuat perpecahan umat
dan merusak citra Agama Islam.
Kaum intoleran dan radikal itu jumlahnya sedikit tapi dengan
teriakannya yang begitu menggema di medsos, mereka menyatakan bahwa
eksistensinya perlahan menjadi mayoritas. Hal seperti ini tidak bisa dibiarkan,
harus ada orang-orang yang siap mengcounternya, baik dengan tulisan, ceramah
atau dengan pembuatan film kartun sederhana yang mendidik sehingga persatuan
dan perdamaian, khususnya di Indonesia tercipta.
Pembicara kedua, Kang Hary, ketua LTN PBNU. Beliau menyatakan bahwa
kita berada pada era perang global, perang informasi. Informasi konflik di
berbagai belahan Dunia terutama konflik di Timur Tengah begitu mudah dicerna
oleh masyarakat, hal itu tiada lain dengan terbuka luasnya media internet. Perang
global ini jelas akan menghancurkan semua Negara di dunia, lalu ada
pengecualian yang tidak hancur yaitu Negara yang masih mempertahankan kearifan
lokalnya, Negara dimana penduduknya masih berpegang teguh pada Agama dan
berfaham Nasional, di Negeri ini tentunya hanya warga Nahdliyin-lah yang memiliki keunggulan tersebut. Maka jangan
heran, jika pemerintah dalam setiap pertemuan selalu mengedepankan dan berharap
banyak pada Nahdlatul Ulama dan Nahdliyinnya.
Terkait tugas pengurus LTN, kita pun harus mengambil posisi dan
aktif menghadapi perang informasi ini, diantaranya dengan memindahkan dakwah di
Era baru ini ke ranah media dan targetnya lebih ditingkatkan lagi, yaitu pada
kalangan menengah dan kalangan profesional. Kita harus akui selama ini kita
konsent ke bawah dan seakan lupa ke jaringan lainnya, sehingga jaringan itu dikuasai
oleh selain Nahdliyin, yang tentu ini suatu kerugian. Contoh kecil, terkait
Masjid di perkantoran yang jamaahnya didominasi oleh kalangan menengah dan
profesional, ketika itu dikuasai oleh kalangan non-Nahdliyin maka mereka bisa
menguasai mimbar-mimbar jum’at hingga ke kajian hariannya. Untuk bergerak
kesana, kita membutuhkan waktu dan sikap profesional, juga melakukan berbagai
pendidikan profesional bagi para pendakwah.
Ketua LTN Pusat melanjutkan, bahwa dalam dunia maya dan medsos,
kita harus berperan dan terus aktif dengan membuat beragam berita terkait islam
yang ramah, islam yang senantiasa menebarkan rahmat dan kedamaian. Kita harus
bergerak dengan membuat website yang berisi berita, tulisan pemikiran
ahlisunnah wal jamaah dan video yang mendidik, bahkan meme sekalipun. Kita
jangan terpaku dengan dana, jangan juga terpaku dengan struktur tapi pesatkan pontensi
kultural Nahdliyin kita hingga tercipta militansi demi menjaga dan
mempertahankan NKRI dari berbagai macam ancaman dan gangguan kaum intoleran dan
radikal. Dalam dunia percetakan pun kita harus lebih giat lagi, banyaklah
menulis dan membuat buku, jangan takut tidak laku, kita harus tanamkan bahwa
pendakwah itu tidak memikirkan materi tapi akan sukses dengan keikhlasan.
(Abdul Hakim/Hadi Hasan)
0 Komentar