SPIRIT QURBAN UNTUK KEMANUSIAAN MENGOKOHKAN SOLIDARITAS SOSIAL
![]() |
Ilustrasi - Idul Adha - Hari Raya Qurban |
Oleh: Cep Suryana
IDUL ADHA, ARRAHMAH.CO.ID - Ibadah qurban adalah salah satu syari’at
islam yang berasal dari syari’at Nabi Ibrahim. dimulai dari mimpi berturut-turut selama 3
malam terhadap Nabi Ibrahim, yang dalam mimpi tersebut Nabi Ibrohim diperintah Allah untuk menyembelih Isma’il Alaihissalam. Sebuah perintah
yang memerlukan pengorbanan luar biasa harus dilakukan Ibrohim demi mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
“Setiap
apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang
berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak niscaya aku akan
menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”.
Itulah ungkapan Nabi Ibrahim
sebagai hamba Allah yang kadar cintanya kepada Allah melebihi cinta kepada
anaknya. Kisah dramatis itu diakhiri dengan penyembelihan seekor qibas (domba yang besar) sebagai ganti penyembelihan terhadap Ismail
Alaihissalam.
Qurban berarti dekat, penyembelihan hewan
untuk diqurbankan adalah sebagai salah satu sarana upaya pendekatan dan
penghambaan diri seorang hamba manusia kepada Allah swt. Adapun perintah ibadah
qurban ini terdapat pada nash baik al-Qur’an maupun hadits Nabi :
Perintah dan keutamaan berqurban dalam
al-Qur’an misalnya terdapat dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3;
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat karunia
yang sangat banyak. Maka sholatlah karena tuhanmu dan berkurbanlah. Sungguh
orang yang membencimu akan terputus (dari rahmat Allah SWT).” (QS: 108, 1-3)
Keutamaan dari pada berqurban ini juga
disabdakan oleh Rasululloh SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA :
“Tidak ada satu perbuatan yang dilakukan manusia pada hari
nahr (hari raya idul adha) yang lebih
dicintai oleh Allah SWT daripada penyembelihan hewan qurban, sungguh qurban itu
akan hadir pada hari kiamat lengkap dengan tanduk, kuku dan bulunya. Dan
sungguh darahya telah sampai kepada Allah Azza wa Jalla sebelum darah itu
menyentuh tanah, maka berbahagialah dengan sembelihan kalian”
Qurban merupakan bagian dari jenis sedekah
yaitu memberikan harta kepada orang lain dengan niat karena mengharap ridho
Allah (lillahi ta’ala). Kita sering mendengar kata “berkorban harta”,
“berkorban tenaga”, berkorban waktu dan sebagainya. Bahkan untuk kekasih, seseorang
akan mengorbankan apa yang dimilikinya untuk
diberikan kepada kekasihnya itu.
Qurban menghubungkan kepada dua hal,
pertama; menghubungkan penghambaan dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Kedua;
sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama manusia dengan berbagi sebahagian
rizkinya. Sederhananya adalah bahwa ibadah qurban mengandung ibadah dengan
dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.
Sesungguhnya ibadah qurban bukanlah
semata-semata ritual ibadah tanpa makna spirit kemanusiaan. Di zaman sekarang
ketika harga daging sudah tidak terjangkau oleh sebagian orang, maka qurban
merupakan jalan alternatif bagi pemenuhan kebutuhan pangan terhadap daging
sebagai salah satu makanan yang begizi. Selain pemenuhan kebutuhan terhadap
daging, cara membagikan daging qurban pun harus memerhatikan unsur-unsur
kemanusiaan yaitu tidak lantas menjadikan penerima daging qurban seperti warga
masyarakat kelas dua. Maksudnya adalah para penerima daging qurban tidak harus
antri berdesak-desakan bahkan sampai pingsan atau berjalan menuju tempat
pembagian daging qurban. Tapi daging qurban itu dibagikan oleh panitia ke rumah
penerima.
Ibnu khaldun mengatakan dalam
mukoddimahnya bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai naluri bermasyarakat
(makhluk sosial). Ciri utama kehidupan manusia menurut Islam adalah adanya
hidup bermasyarakat yakni hidup yang diselenggarakan secara bersama-sama. Yang
kaya memerhatikan yang miskin dan tidak mampu. Akan terasa indah ketika kita
dapat membahagiakan orang lain dengan berbagi sebagian harta yang kita miliki. Orang
yang belum merasakan daging (walaupun tidak mungkin ada dizaman sekarang ini)
akan merasa berbahagia di hari Raya Qurban.
Makna hidup akan tumbuh diawali dari
keimanan seseorang. Kalangan agama meyakini bahwa kuaitas ruhani akan tumbuh
subur bila memiliki dasar keimanan yang kuat. Dasar keimanan akan semakin kuat
jika mampu memahami ayat-ayat Allah baik
yang tersurat maupun yang tersirat. Orang yang berqurban sekurang-kurangnya
akan memahami bahwa dirinya telah bermanfaat dan maslahat bagi orang lain. Orang yang beriman akan
menyeimbangkan antara ibadah pribadi (vertical)
seperti shalat, puasa dan haji dengan ibadah sosial kemanusiaan (horizontal) seperti zakat, infak,
sedekah dan qurban.
Dalam ibadah qurban
tercermin bentuk tanggung jawab sosial masyarakat muslim kepada sesamanya.
Dengan ibadah qurban terjadi pengokohan manusia sebagai makhluk sosial, karena qurban
pastilah ditujukan untuk orang lain.
Qurban juga melatih
kesucian jiwa, kepekaan dan kepedulian sosial. Dengan demikian, qurban
menjadi sarana yang efektif untuk membangkitkan solidaritas kemanusiaan. Qurban
juga bisa menjadi sarana untuk membangun dan mengokohkan persaudaraan antar
sesama.
Karena itu, qurban
sebagai ibadah sosial bisa menjadi solusi untuk membantu membangun harmoni
kemanusiaan, mengatasi problem kemanusiaan yang saat ini melanda umat manusia
berupa kemiskinan, konflik, bencana alam, ketidakadilan, keserakahan,
kesenjangan, dan berbagai permasalahan kemanusiaan lainya.
Cep Suryana, Pengajar
sekolah alam, tim Digilines Creative, dan Tim Redaksi Arrahmah.co.id.
0 Komentar