Liga Santri Nusantara: Saat Santri Tak Melulu Pandai Mengaji, Juga Mahir Menggocek Bola

Oleh: Mukhamad Zulfa

LSN, Arrahmah.co.id - Kemenangan Tontowi Ahmad, pebulutangkis, yang memenangi Olimpiade 2016 membangkitkan semangat santri. Mengapa? Owi, sapaan akrab Tontowi Ahmad adalah pemuda lulusan SMK Ma’arif NU Selandaka, Sumpiuh Banyumas. Ia popular di kalangan santri karena pernah nyantri di Queen Al-Falah, Ploso, Kediri.

Keberhasilan Owi yang bergabung di Persatuan Bulutangkis (PB) Djarum di Kudus ini membuka mata, latar belakang santri juga bisa sukses di dunia olahraga.

Figur santri sudah pasti selalu identik dengan kegiatan ibadah dan ilmu agama. Namun, dibalik itu, ia juga memiliki potensi lain yang juga bisa dikembangkan. Semangat besar melahirkan santri berprestasi di dunia olahraga inilah yang juga diangkat pada Liga Santri Nusantara (LSN) 2016. Pada 1-4 September 2016, LSN zona Jateng 2 akan dilaksanakan di Lapangan Arhanudse-15 Kodam IV Diponegoro, Semarang. Gema kick off nasional liga ini sudah dilakukan Jum’at (19/8) di beberapa region.

Tentu ini sebuah gagasan bagus yang digulirkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk menggali bakat santri. Ini tahun kedua digelar LSN. Harapan dari menteri pemuda dan olahraga akan lahir pemain profesional dari kalangan santri.

Selama ini santri berkutat dengan kompetisi (musabaqah) yang berhubungan dengan kajian keilmuan. Seperti membaca kitab kuning, tilawah qur’an, khithobah Bahasa Arab dan Inggris dan lainnya. Ada kegiatan kompetisi yang yang diikuti para santri, namun sifatnya tidak mencakup skala nasional, seperti LSN.

Bila dilihat secara kuantitas jumlah pesantren di Indonesia sebanyak 27.230 buah dengan 3.759.198 santri (data Kemenag: 2012). Tentu sekarang telah bertambah lebih dari itu. Potensi yang sedemikian besar harus mampu melahirkan tunas muda pengganti atlet professional. Dengan perlahan namun pasti; LSN yang digelar setiap tahun ini akan memberikan stimulasi bagi pesantren untuk ikut andil dalam laga.

Selain LSN yang diselenggarakan Kemenpora ini; pesantren juga bisa menggelar sendiri pertandingan dengan menggandeng beberapa pihak di berbagai level daerah. Tentu hal ini akan memberikan semangat yang kuat bagi santri yang mengikutinya. Semangat pasca LSN digelar inilah yang harus terus dinyalakan.

Sepak bola U-18 ini merupakan liga amatir yang diperuntukkan untuk kalangan santri. Pesantren dengan segala dinamika laju perubahan zaman dan perkembangan informasi terus mengalami fluktuasi. Hal ini menjadikan pesantren terus kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.

Pesantren yang bagi Gus Dur masih memiliki pekerjaan rumah berupa regenerasi kepemimpinan dan rekontruksi pengajaran (2010) sebagai prasyarat untuk melakukan dinamisasi pesantren. Dengan kekurangan ini masih tetap unggul dengan berbagai nilai-nilai luhur lahir dari rahim pesantren. Ajaran kemandirian, kesederhanaan, sopan santun, keadilan dan berbagai budi pekerti baik muncul dari lembaga pendidikan tertua di Indonesia ini.

Akhlak karimah yang dimiliki pesantren inilah yang menjadi tumpuan atlet yang lahir dari pesantren mampu mewarnai dunia profesional nanti. Dengan ketrampilan, kemampuan bagus, kekebalan tubuh yang kuat dan semangat yang luar biasa diimbangi dengan kelakuan yang baik akan menjadi uswah bagi generasi muda yang lain. Tentu cita-cita ini tak hanya sebatas isapan jempol belaka, berbagai pihak harus mau dan mampu untuk mewujudkannya.

Jaringan pesantren yang terjalin dengan adanya LSN ini diharapkan tak hanya berhenti sebatas di lapangan saja. Berbagai peluang bisa dilakukan bersama. Kesempatan mahal ini harus dimaksimalkan untuk pengembangan pesantren di masa yang akan datang. Bertukar pengalaman, pengetahuan dan berbagi informasi bisa menjadi jalan untuk saling berkomunikasi antar pesantren.

Tagline LSN dengan mengusung “Dari Pesantren untuk Dunia” memiliki asa yang tinggi untuk menunjukkan bahwa jaringan pesantren di Indonesia mampu menembus dunia. Amin.

Mukhamad Zulfa; Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama kota Semarang aktif di jaringan pesantren Jawa Tengah.

Tulisan ini tayang di Tribun Jateng Jum'at, 26 Agustus 2016 halaman 2.

0 Komentar