Pertama Dalam Sejarah, Jateng Bershalawat Tanpa Lantunan Shalawat Pada Nabi
![]() |
Jateng Bershalawat. Gayeng Syawalan Untuk Jawa Tengah yang Berkemajuan |
Tabligh Akbar Jateng Bersholawat ini mengambil tema "Gayeng Syawalan untuk Jawa Tengah Berkemajuan" dihadiri ribuan jamaah Muhammadiyah Jateng, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Sekum PP Muhammadiyah Dr. H. Abdul Mu'thi, M.Ed, dan jajaran Pimpinan PW Muhammadiyah Jateng.
Ketua PW Muhammadiyah (MD) Jateng, Drs. Tafsir dalam sambutannya mengungkapkan bahwa acara ini digelar untuk mengundang gubernur hadir di acara Muhammadiyah. “Tentu tak mungkin Gubernur menyapa warga MD se Jateng, maka MD yang datang untuk bersilaturahmi,” ungkapnya
Tafsir juga sempat memaparkan anggaran belanja MD Jateng tahun 2016 senilai Rp 10 triliun yang diperoleh dari sumber-sumber unit usaha. Ia juga menjelaskan PW MD Jateng memperoleh bantuan dari Bank Jateng Syariah Rp. 300 miliar pertahun.
Menurutnya, dana yang dihabiskan untuk acara yang pertama kali digelar ini adalah Rp 5 miliar hanya untuk akomodasi 450 bus. Sumber dana diambil dari PW MD Jateng. “Termasuk mengerahkan 20 unit mobil ambulan dari Rumah Sakit Muhammadiyah,” aku Tafsir.
![]() |
Acara Jawa Tengah Bershalawat yang dihadiri Gubernur Ganjar Pranowo |
Gubernur Ganjar Pranowo berharap agar acara semacam shalawat ini lebih sering dilaksanakan, tidak hanya setahun sekali.
"Pemprov juga ada program "Jateng Bershalawat bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf". Kalau bisa, sekarang dibagi saja dengan Muhamadiyah keliling di wilayah Jateng Barat, Timur, Selatan, Utara. Buat saya tidak terlalu penting berapa ribu yang datang," kata Gubernur.
Tanpa Lantunan Shalawat pada Nabi
Namun tak seperti umumnya kegiatan acara shalawatan di Indonesia, kegiatan yang dihelat PW Muhamadiyah Jateng ini sama sekali tidak melantunkan pujian shalawat pada Nabi Muhammad SAW. Kasidah shalawat tidak dibacakan, grup rebana tidak ada, apalagi sesi acara khusus membaca shalawat bersama-sama. Di panggung acara yang begitu besar itu, hanya ada hidangan snack yang tampak. Tidak ada alat musik yang digunakan untuk mengiringi shalawat bersama.
Ramainya acara memang diakui oleh Septian, asli Semarang. Ia menuturkan ruwetnya lalu lintas karena jalan-jalan protokol dipenuhi kendaraan bus luar kota. Walaupun Simpang Lima ditutup, dia yang melaju dari Tugu Muda nekad dan akhirnya mampu menembus rapatnya jalan hingga sampai ke depan gedung RRI Semarang. Karena hujan, ia sempat berhenti “ngiyup” sebentar di sana.
Ketika itu, akunya, ia justru banyak menyaksikan warga Muhammadiyah yang hadir dari luar kota mondar-mandir seperti asik jalan-jalan. “Saya nguping mereka ternyata tidak niat menghadiri acara, tapi niat untuk jalan-jalan dan melihat-lihat Simpang Lima,” ujarnya.
Ini wajar mengingat susunan acara yang ada memang tidak ada agenda pembacaan shalawat. Beberapa saksi di lapangan mengaku kecewa karena kampanye acara yang begitu masif ternyata isinya berbeda dari background acara.
Ini susunan acara Jawa Tengah Bershalawat, "Gayeng Syawalan untuk Jawa Tengah Berkemajuan" : 1). Menyanyikan Indonesia Raya
2). Pembacaan ayat suci Al-Qur'an, 3). Tausiyah oleh Wildan Mauza Kawali Septiana (Juara III Pildacil RCTI dari SD Muhammadiyah Plus Salatiga), 4). Tampilan musik religi dari serambi Bagelen Purworejo, 5). Sambutan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, 6). Sambutan Ketua PW Muhamadiyah Jateng, Drs. Tafsir, M.Ag., 7). Launching sadar pajak oleh DPPAD, dan 8). Sosialisasi program kesehatan ibu dan anak oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
“Saya perhatikan sejak awal hingga akhir tidak ada tuh lantunan shalawatnya. Acara dimulai sekitar jam 8 malam, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan mars Muhamadiyah. Kemudian ada hiburan bernyanyi. Niat berangkat acara shalawatan ternyata hanya acara kumpul-kumpul,” kata Abu Labbaika, kecewa.
Setelah tausiyah terakhir dari Sekretaris PP Muhammadiyah Dr. Abdul Mukti, acara lunas dan hadirin bubar masing-masing. “Anggaran acara ini penuh dari Pemprov, kayaknya disokong DPKAD. Bagi Muhammadiyah, keuntungannya bisa show of force karena yang datang cukup banyak. Bagi Pemprov, keuntungannya tidak perlu capek-capek mengumpulkan orang,” ujar laki-laki dari Semarang itu.
Komentar lain juga diutarakan oleh Majidun, asal Magelang. Menurutnya, kegiatan “Jateng Bershalawat” jelas akal-akalan panitia untuk mencairkan anggaran. “Jika judulnya tidak ada ‘Jateng Bershalawat’ ya tidak bisa di-SPJ-kan. Sebab di DIPA/anggaran berbunyi ‘Jateng bershalawat’,” jelasnya dalam bahasa Jawa.
Penjelasan Majidun tersebut ternyata tidak bertentangan dengan keterangan Situs Sang Pencerang (milik kader Muhammadiyah). Dalam sebuah status Facebook dari pemilik akun Ari Cangklak, Tema “Jateng Bershalawat” diakui Sang Pencerah hanya nama yang dilabelkan oleh Pemprov Jateng untuk acara PW Muhammadiyah Jateng tersebut. “Jateng bershalawat itu hanya nama saja dari Pemprov. Tidak ada acara shalawatan. Intinya tabligh akbar yang ngisi Pak Mu’thi,” tulisnya di komentar Facebook.
Acara yang menurut rilis Kepala Biro Humas Pemprov Jateng, Drs Sinoeng N Rachmadi MM, diikuti 10 ribu orang dari seluruh kabupaten/kota di Jateng itu memang hanya merupakan media komunikasi antara Gubernur dan masyarakat, utamanya soal sadar pajak dan kesehatan untuk ibu dan anak. (KBA/DutaIslam/Ibnu Yaqzan)
0 Komentar