Ayah - Bunda, Bingung Saat Anak Bertanya Allah Dimana? Jelaskan Dengan Ini
Oleh: Moh Nasirul Haq
Sering kita temui pertanyaan pertanyaan berkaitan dengan keberadaan Allah S.W.T. pasalnya kita mendapati pendidikan anak sejak usia dini di sekolah sekolah yang berbasis wahabi dan salafi diajarkan agar anak mengatakan "Allah dilangit" dan mereka dilatih setiap hari untuk membiasakan Hal itu.
Lalu bagaimana sebenarnya sikap kita untuk mengajari dan menjelaskan perihal keberadaan Allah S.W.T ??? Berikut ulasannya.
Ketika ada anak kecil bertanya misalnya dimanakah alloh berada?? tentu kita sebagai orang yang lebih dewasa haruslah mengajarkan dengan kearifan dan sesuai akidah ahlussunnah wal jama'ah. Maka kita ajarkan mereka untuk mengatakan "Allah tidak seperti makhluk apapun sebagaimana firmannya :
ليس كمثله شيء وهو على كل شيء قدير .
Dan kita juga perlu menjelaskan pada anak tersebut bahwa seyogyanya kita tidak berfikiran tentang bagaimana dzat Allah. dan lebih menekankan pengenalan ibadah ritual yanng berkaitan dengan Makhluqnya Sehingga kelak akan menambah kadar keimanan si anak tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan ulama':
تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في ذات الله
"Berfikirlah tentang ciptaan tuhan jangan berfikir tentang dzat tuhan yang maha esa."
Sebab kalau dibiarkan si anak berfikir tentang sesuatu yang berkaitan dengan bentuk dan gerakan ini bisa sangat membahayakan dan bisa menyebabkan penyerupaan Dzat Allah dengan makhluknya.
Adapun mengenai pertanyaan "Allah Dimana???" Sebagaimana dalam masalah akidah, maka kita harus percaya bahwa alloh wajib bersifat wujud (ada) makna wajib wujud bahwa ia tidak boleh binasa dan tidak bisa binasa secara azali maupun abadi. Bahwa adanya Allah bukan karena perantara suatu sebab, maksudnya selain ia tidak bisa memberikan dampak pada keberadaan Allah s.w.t dan tidak akan berpengaruh dalam keberadaannya dan sifat nya dengan suatu tempat dan waktu.
Seandainya ada orang bertanya "Allah Dimana??" Bertujuan menanyakan posisi dan arah maka sudah pasti jawabannya membutuhkan penetapan suatu kondisi dan arah. Oleh karena itulah kita tidak boleh bertanya dengan kalimat ini. Sebab waktu dan ruang adalah perkara yang baru dengan artian ketika kita menetapkan suatu waktu dan ruang atas Dzat Allah maka kita telah membuat sesuatu yang tidak pantas bagi dzatnya yang maha Qodim (dahulu).
Bayangkan saja kita menganggap langit diatas kita sementara yang diatas langit menganggap langit dibawahnya maka itu sama sekali tidak pantas bagi dzat Allah. S.w.t.
Bukankah Allah itu Qodim (dahulu) sedangkan ruang dan waktu itu Hadits (Baru)??? Kalau begitu tentusaja alloh tidak mungkin serupa dengan makhluknya yang baru dan tidak bituh pada ruang dan waktu.
Dan hukum bertanya dengan lafadz "Aina Allah" (tuhan dimana) adalah tidak boleh.
Maka jawablah dengan "Wallahu 'alam". Meskipun anda mengatakan tidak tahu bukan berarti tidak bisa, akan tetapi menurut ulama
من قال لا اعلم وقد افتى
"barang siapa berkata wallahu a'lam maka dia telah memberi fatwa." yaitu dengan mentafwidh (memasrahkan) kepada Allah.
قال الحافظ البيهقي في كتابه الأسماء والصفات: استدل بعض أصحابنا في نفي المكان عنه تعالى بقول النبي صلى الله عليه وسلم :"أنت الظاهر فليس فوقك شىء وأنت الباطن فليس دونك شىء" وإذا لم يكن فوقه شىء ولا دونه شىء لم يكن في مكان اهـ.
Berkata Al Hafidz Al Baihaki dalam kitab Asma Wa Sifat : sebagian Sahabat kita bertendensi atas penafian tempat bagi Allah s.w.t dengan hadits nabi : "engkau yang maha dlohir tidak ada di tasmu sesuatu, dan engkaulah yang maha Bathin dan tiada selainmu sesuatu،" dari konteks ini terbukti kalau Allah tidaka ada diatasnya sesuatu dan selainnya sesuatu maka iabtidak bertempat.
ومارواه البخاري وابن الجارود والبيهقي بالإسناد الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "كان الله ولم يكن شىء غيره" ومعناه أن الله لم يزل موجودًا في الأزل ليس معه غيره لا ماء ولا هواء ولا أرض ولا سماء ولا كرسيّ ولا عرش ولا إنس ولا جن ولاملائكة ولا زمان ولا مكان، فهو تعالى موجود قبل المكان بلا مكان، وهو الذى خلق المكان فكيف يحل في مخلوقاته وكيف تحده مخلوقاته ؟!!
Diriwayatkan dari bukhari, ibnu jarud an baihaki dengan sanad yang sohih bahwa rosululloh s.a.w bersabda: "Allah telah ada saat tidak ada sesuatu selainnya". artinya Allah sudah ada di azali dan tidak ada selainnya, tidak air, tidak udara, tidak langit dan tidak bumi, tidak kursi, tidak arash, tidak Jin, tidak manusia, tidak malaikat, tidak waktu dan tempat, dialah allah telah ada sebelum ada tempat tanpa ada tempat dialah pencipta tempat bagaimana mungkin dia akan berada pada ciptaannya dan bagaimana bisa dibatasi cipataannya???!!!.
Sementara hadits pernyataan seorang jariyah (seorang budak) yan disebut sebut mengatakan bahwa Alloh dilangit imam nawawi berkomentar
علق الإمام النووي رحمه الله على حديث الجارية في شرحه على مسلم قائلا : (هذا الحديث من أحاديث الصِّفات، وفيها مذهبان تقدَّم ذكرهما مرَّات في كتاب الإيمان:
أحدهما: الإيمان به من غير خوض في ((( معناه )))، مع اعتقاد أنَّ الله ليس كمثله شيء،وتنزيهه عن سمات المخلوقات.
والثَّاني:((تأويله ))) بما يليق به
فمن قال بهذا – أي التأويل - قال: كان المراد امتحانها هل هي موحِّدة تقرُّ بأنَّ الخالق المدبِّر الفعَّال هو الله وحده، وهو الَّذي إذا دعاه الدَّاعي استقبل السَّماء،كما إذاصلَّى المصلِّي استقبل الكعبة،وليس ذلك لأنَّه منحصر في السَّماء، كما أنَّه ليس منحصراً في جهة الكعبة، بل ذلك لأنَّ السَّماء قبلة الدَّاعين، كما أنَّ الكعبة قبلة المصلِّين.
أو هي من عبدة الأوثان العابدين للأوثان الَّتي بين أيديهم، فلمَّا قالت: في السَّماء علم أنَّها موحِّدة وليست عابدة للأوثان. ) انتهى من شرح النووي على مسلم
Dalam memaknai hadits jariyah maka bisa melalui dua metode yaitu;
Pertama dengan beriman tanpa menelusuri maknanya. Yang kedua dengan mentakwil dengan sesuatu yang sesuai.
Lagi pula hadits jariah ini banyak menimbulkan pertanyaan. Diantaranya apakah benar kadar ukuran islam seseorang dianggap hanya dengan mengatakan Allah dilangit???.
Selanjutnya mengenai berdoa dengan mengangkat tangan ke langit, Kita bisa mencontohkan orang sholat yang menghadap ka'bah, apakah Allah berada di dalam ka'bah??? Tidak! Begitu pula dengan saat budak tadi menunjuk ke langit atau saat orang berdoa mengangkat tangan kelangit belum tentu menunjukkan Allah dilangit tidak sama sekali.
Adapun menghadap ka'bah sebagai kiblat orang sholat. Begitu juga mengangkat tangan ke atas tersebut sebagai kiblat saat berdoa.
الكعبة قبلة الصلاة والسماء قبلة الدعاء
Tapi tetap saja Alloh tidak bertempat dan tidak menempati ruang.
Coba kita pakai mantiq (logika) seandainya Allah berada di suatu tempat berarti Allah lenih kecil dari tempat tersebut. Seperti air menempati gelas berarti ukuran gelas lebih besar dari ukuran airnya Atau paling tidak gelasnya berukuran sama. Sedangkan jika alloh dikatakan menempati ruang boleh dibilang Allah lebih kecil dari ruangan tersebut padahal Allah Maha Besar.
Dan jika dikatakan Allah bertempat dilangit apakah dibumi tidak ada tuhan???. Bagaimana dengan ayat dalam surat azzukhruf 84 :
وهو الذي في السمآء ءله وفي الارض اله وهو الحكيم العليم
"Dialah tuhan (yang sembah dilangit) dialah tuhan (yang disembah) dibumi dan dialah tuhan yang maha bijaksana dan maha mengetahui."
Pada surat Arro'du dikatakan: "Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia yang berhak disembah. baik di langit maupun di bumi. Oleh karena itu, penghuni langit semuanya dan penduduk bumi yang beriman mereka beribadah kepada-Nya, mengagungkan-Nya, dan tunduk kepada kebesaran-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (. Ar Ra’d: 15)
Ayat di atas sama seperti firman-Nya, “Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi.” ( Al An’aam: 3)
Yakni Dia yang disembah dan dicintai baik di langit maupun di bumi. Adapun Dzat-Nya, maka berada di atas ‘Arsyi-Nya, terpisah dengan makhluk-Nya, sendiri dengan keagungan-Nya dan mulia dengan kesempurnaan-Nya.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa Allah ada tanpa tempat ia berada.
Tarim. 11 syawal 1437 H
0 Komentar