Beratnya Memberi Nasihat, Tak Semudah Saat Itu Terucap
![]() |
Ilustrasi Imam Abu Hanifah |
"Anakku, kemarin aku membubarkan pengajian karena saat itu kita tiba pada pembahasan mengenai pembebasan budak. Saat itu aku belum membebaskan budak, akhirnya kumerdekakan dulu budak-budakku sebelum aku memulai pengajian bab itu pada hari ini."
Di Bangkalan, awal abad ke duapuluh, seorang ayah mengajak anaknya yang kecanduan gula-gula (permen) sowan ke Syaikhona Kholil, salah satu mahaguru ulama Nusantara. Ia meminta agar Kiai Kholil 'nyuwuk' dan menasehati anaknya agar tidak lagi suka makan permen.
"Baiklah. Sampeyan kembali lagi ke sini tiga hari lagi ya."
"Tidak jadi disuwuk hari ini, yai?"
"Nggak. Kembali lagi kesini sama anakmu ya."
Tiga hari kemudian, pasangan ayah-anak ini kembali. Kiai Kholil sudah siap dan segera mendoakan agar anak tersebut berhenti mengkonsumsi permen. Beliau juga bercengkerama dengan bocah tersebut selazimnya beliau mencandai cucunya. Tak lupa, beliau juga menasehati agar bocah tadi berhenti mengkonsumsi permen.
Si ayah rupanya gelisah, mau minta suwuk air kok hanya dinasehati saja. Kalau sekadar nasehat dirinya sudah setiap hari nasehati anaknya yang bandel tadi.
"Sampeyan tahu pak, mengapa saya minta kembali lagi ke sini setelah tiga hari?" tanya Kiai Kholil bertanya tiba-tiba, seolah membaca kegelisahan tamu di hadapannya.
Tamunya menggeleng sembari berkata tidak.
"Aku harus mengatur diriku sendiri terlebih dulu dengan cara berpuasa mengkonsumsi makanan manis-manis selama tiga hari ini sebelum aku menasehati putramu. Ini agar nasehatku bisa diterima dan dipercaya anakmu."
Oleh: Kyai Rijal Mumazziq Z
Sumber: FP Cerita Para Wali
0 Komentar