Hakikat Liberalisme dan Sikap Islam terhadapnya
Seorang teman dalam grup medsos bilang, saya ini dianggap liberal dan terlalu toleran.
Saya tanya, apa yang dimaksud liberal dan toleran itu. Tulung jelaskan takrif, definisi, lughatan (etimologi) wa ishtilahan (terminologi). Saya kira ini tradisi baik yang diwariskan ulama dan para ilmuan agar kita punya pijakan yang sama untuk obrol lebih lanjut. Mulailah dari pengertian yang disepakati bersama.
[caption id="attachment_16066" align="alignright" width="805"]
Jawaban teman saya begini: Liberalisme itu mengancam Islam, penuhanan akal, Barat sumber rujukan, hidup tanpa agama. Sementara pluralisme itu kebebasan tanpa batas, bebas menafsirkan agama.
Jawaban itu menunjukan bahwa liberalisme pengertiannya sudah lari kemana-mana. Berbaur dengan stigma, kebencian, dan sterusnya.
Iseng-iseng saya cari satu buku berbahasa Arab lalu saya kirim. Judulnya Haqiqat al-Libraliyyat wa Mauqif al-Islam Minha (Hakikat Liberalisme dan Sikap Islam terhadapnya). Saya ambil bagian definisi liberalisme. Inti liberalisme adalah penghormatan atas kebebasan individu seperti kebebasan berpikir dan berekspresi. Negara, dalam paham ini juga mendorong agar tak terlalu campur tangan dalam urusan pasar. Definisi macam ini saja sudah banyak bedanya. Dan mungkin saja kami sedang mendiskusikan makhluk yang berbeda. teman saya omong liberalisme yang mana, saya yang mana.
Nah, istilah pluralisme dan kebebasan ini juga menunjukan campur baur antara definisi pluralisme itu sendiri dengan konsep liberalisme. Saya kira kalau kita mau bersabar dan membaca pelan-pelan soal ini, jelas sekali pluralisme itu beda dengan sinkretisme macam jus dari ragam buah.
Kebebasan tanpa batas, bagi yang mau sabar membaca dan diskusi telaten, juga logika yang menggelikan. Tidak ada kebebasan tanpa batas. Sebab, kebebasan seseorang dibatasi kebebasan orang lain. Bahkan teoritikus macam John Stuart Mill asal Inggris bilang, meski atas nama kebebasaan anda bunuh diri sebetulnya anda melanggar hak orang lain, setidaknya hak keluarga anda atau orang yang menemukan mayat anda.
Nah, soal toleransi. Sekarang ada kesan toleransi itu disamakan dengan permisivime, serba boleh. Logika ini bisanya muncul dalam pertanyaan, masa kalau kita diinjak-injak masih harus toleran!
Justru, sekali lagi kalau kita tekun belajar, toleransi justru ada karena ada batas dan karena itu kita harus toleran. Nah, batas itu di negeri ini diatur UUD 1945 dalam pasal 28J.
Ujian toleransi justru terjadi jika ada menghargai bahwa anda tidak setuju dengan orang lain, tapi anda mendukung haknya untuk menyuarakan pandangannya, sama dengan mereka yang tidak setuju dengan kita.
Diambil dari Akun Alamsyah M. Dja'far
0 Komentar